Kahfi Talk less Do More

Tawadhu’: Artinya, Ciri-Ciri & Contoh

2 min read

Tawadhu': Artinya, Pengertian, Ciri-ciri Sifat & Contoh

Tawadhu’ adalah sifat yang begitu mulia, hanya sebagian orang yang memiliki sifat seperti ini. Tawadhu yang artinya rendah hati atau tidak sombong. Lawan kata dari sifat tawadhu adalah takabur yang berarti sombong.

Memiliki sikap yang tawadhu dalam bergaul bersama orang-orang di kehidupan keseharian adalah hal yang sangat mulia, terpuji dan begitu disenangi, mari kita pahami apa itu arti dari sifat tawadhu, apa keutamaan, pengertian, ciri-ciri dan contoh dari sifat Tawadhu’.

Disaat seseorang sedang dalam memiliki gelar atau pangkat dan ilmu yang tinggi, dan bergelimang harga. Disitulah sebagai manusia tergoda untuk sulit menunjukkan sifat yang rendah hati atau tawadhu.

Jadilah seperti padi, yang “semakin tinggi dan berisi, maka semakin merunduk”. Ilmu padi adalah contoh peribahasa yang bisa digunakan dalam keseharian.

Daftar isi

Arti Tawadhu’

Tawadhu yang berarti sifat yang rendah hati atau sifat yang tidak sombong. Maka, tawadhu’ artinya adalah merunduk kepada suatu kebenaran dan dapat menerimanya dari siapapun yang datangnya, baik sedang dalam keadaan suka maupun tidaksuka.

Kebalikan dari sifat tawadhu’ (rendah hati) adalah sifat takabur (sombong).

Sifat takabur adalah sifat yang dibenci Allah juga Rasul-Nya.

Sebagaimana hadis Nabi dari Abdullah bin Mas’ud; bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda: “Sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (H.R. Muslim)

Firman Allah swt:

 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (Surah Asy-Syμr± [26]:215).

Tawadhu’ adalah sifat merendah dari sebagaimana mestinya, mengerjakan perilaku tersebut dengan tulus dan sebenar-benarnya.

Bukan untuk merendah untuk memuncak.

Seperti contoh-nya merendahkan diri dengan sebutan jelek yang padahal sebenarnya ingin dipuji.

Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Keutamaan Sifat Tawadhu

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

Makna dari kandungan tersebut adalah, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya begitu mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia.

Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  16: 142)

Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam.

Contohlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, membantu memberikan minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta.

Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya,

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

Kedua : Karena adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.

Orang-orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan dirinya. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).

Contoh Perilaku Tawadhu dalam Kehidupan Sehari-hari

Orang yang bertawadhu’ akan terlihat dari sikap dan perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri sikap tawadhu terbagi dua.

A. Tawadhu yang Terpuji

Tawadhu yang terpuji adalah ketawadhuan seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah swt. Contoh perilaku tawadhu ini, antara lain :

  1. Tidak berlebihan, baik dalam perhiasan, makanan, dan minuman.
  2. Sopan santun dalam bertindak juga menyikapi keadaan.
  3. Merendahkan nada, intonasi suaranya.
  4. Suka menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan.

B. Tawadhu yang Dibenci

  1. Tawadhu yang dibenci adalah tawadhunya seseorang kepada Allah karena menginginkan dunia ada di sisinya. Contoh perilaku tawadhu yang dibenci, Diantaranya :
  2. Bersikap sopan santun karena memiliki maksud yang tidak baik atau ada maunya
  3. Tidak berlebihan memakai harta karena takut dicuri atau dimintai zakat
  4. Menolong orang yang membutuhkan pertolongan dengan maksud ada imbalan dari yang ditolongnya.
  5. Merendah karena ingin memuncak, seperti merendah hati karena ingin dipuji

Firman Allah swt :

 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (Surah Asy-Syur:215).

Rasulullah SAW. Bersabda, yang artinya:

“Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung ‘Isa bin Maryam a.s. secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan rasul-Nya.” (H.R. Abu Daud)

doa tawadhu

Kesimpulan

Begitu pentingnya memiliki sifat tawadhu’ dalam bergaul ke sesama umat manusia, makhluk hidup, setiap manusia memiliki kelebihan dari kekurangannya masing-masing.

Berusahalah untuk mengontrol diri untuk tidak menampakkan kelebihan yang dimiliki kepada orang lain, menghindari sikap sombong dan angkuh. Menghindari sikap yang dibenci oleh Allah.

Dan juga melatih diri agar dapat menghargai kemampuan orang lain dan tidak meremehkan mereka.

Demikian postingan kali ini semoga bermanfaat dan Terima kasih sudah berkunjung.

Kahfi Talk less Do More

Tinggalkan Balasan